Ada 2 sistem pengemasan yang biasa di lakukan untuk transportasi ikan hidup :
1. Pengemasan Ikan Sistem Terbuka
Yaitu ikan hidup yang diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnya masih dapat berhubungan dengan udara bebas. Pengankutan system ini biasa digunakan untuk pengangkutan jarak dekat dan membutuhkan waktu yang tidak begitu lama. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari system ini. Kelebihannya antara lain difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung, dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan. Sementara kekurangannya dapat membahayakan ikan dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang. Sistem ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi.
2. Pengemasan Ikan Sistem Tertutup
Yaitu pengemasan ikan hidup yang dilakukan dengan tempat atau wadah tertutup, udara dari luar tidak dapat masuk kedalam media tersebut. Pengemasan dengan cara ini dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh. Seperti halnya dengan system terbuka, pengemasan system tertutup ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain media air tahan terhadap guncangan selama pengangkutan, dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh (dengan pesawat terbang), memudahkan penataan dalam pemanfaatan tempat selama pengangkutan. Sementara kekurangannya antara lain adalah media air tidak dapat bersentuhan dengan udara langsung (tidak ada difusi oksigen dari udara) sehingga tidak ada suplai oksigen tambahan, tidak dapat dilakukan pergantian air, dan memerlukan kecermatan dalam memperhitungkan kebutuhan oksigen dengan lama waktu perjalanan.
Pengangkutan Ikan Air Tawar
Baik ukuran benih maupun ukuran konsumsi atau dalam kondisi mati segar atau kondisi hidup dapat dilakukan dengan pengangkutan melalui darat, laut dan udara. Pengangkutan ikan yang berjarak jauh lebih aik bila menggunakan jalur udara. Walaupun pesawat lebih mahal dari sarana angkutan lainnya, tetapi waktu perjalanannya lebih singkat. Hanya saja, pengangkutan ikan dengan pesawat lebih rumit dibandingkan dengan sarana transportasi darat dan laut karena harus memenuhi beberapa persyaratan, misalnya kelengkapan dokumen pengurusan dokumennya.
Dalam pengangkutan ikan hidup, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain;
• Jenis ikan, ukuran ikan, dan kepadatan ikan yang akan mempengaruhi sarana pengangkutan.
• Sistem kemasan, kemasan dapat menggunakan system tertutup atau terbuka.
• Jarak tempuh, jarak yang jauh perlu mempertimbangkan sarana transportasi dan system kemasan.
Suhu harus dapat dipertahankan mendekati suhu normal karena peningkatan pada waktu pengangkutan dapat menyebabkan ikan stress. Untuk mempertahankan suhu, sebaiknya diberi pecahan es batu disekitar media kemasan dengan perkiraan 10% dari banyaknya air media angkutnya.
Mengangkut Ikan Hidup Dengan Sekam
Ikan yang diangkut (biasanya ikan air tawar) disuruh berpuasa, mensucikan diri dalam bak air mengalir. Jadi biar mengeluarkan isi perut dulu sebanyak-banyaknya, sehingga kalau diangkut nanti tidak akan minta permisi untuk pergi ke belakang lagi di tengah jalan. Kalau tidak ada air mengalir, ya pakai air berhenti juga boleh, asal dialiri udara dengan aerator seperti yang biasa dipakai untuk memelihara ikan hias di akuarium itu, agar mereka tidak megap-megap karena sesak napas.
Ikan dipingsankan
Proses pengosongan perut/puasa sudah dimulai sehari sebelum keberangkatan rombongan. Esok harinya, pagi-pagi benar ikan-ikan yang sudah “suci” bersih itu disuruh pingsan, dengan jalan dimasukkan ke dalam air es. Jadi tidak akan meronta-ronta, menggelepar lagi sewaktu ditangani untuk persiapan pengangkutan.
Sementara itu, disiapkan sekam padi yang sebelumnya juga sudah didinginkan dalam air es, dan ditiriskan air kelebihannya. Maksudnya agar suhunya bisa sama dinginnya dengan suhu ikan-ikan pingsan nanti. Jadi tidak akan menyerap dan menurunkan suhu dingin dari ikan-ikan yang sudah digarap.
Setelah bergelimpangan pingsan semua, ikan-ikan dibungkus satu per satu dengan kertas, agar insangnya tidak akan kemasukan sekam padi ketika mereka disusun dalam kotak yang berisi sekam.
Kotak pengangkut ini terbuat dari seng nirkarat atau aluminium yang dinding gandanya diberi bahan penyekat. Jadi suhu dalam ruangan kotak dapat tahan lama dingin terus, selama diangkut. Kotak jadi bertugas sebagai semacan termos atau lemari es mini untuk mempertahankan temperatur yang diangkut agar tetap dingin.
Bungkusan ikan disusun dalam kotak ini, yang dasarnya diberi selapis tebal sekam padi dingin lembap yang sudah selesai ditiriskan sebelumnya. Selesai disusun, deretan ikan dibekali hancuran es dalam kantung plastik kecil tapi banyak, agar suhunya tetap dingin. Semuanya kemudian ditimbuni selapis sekam padi dingin yang lembap lagi, sebelum ditumpuki deretan ikan bungkus bersama kantung es lagi. Begitu seterusnya, ikan disusun berselang-seling dengan lapisan tebal sekam padi.
Selesai pengisian, kotak ditutup rapat dan dapat diangkut dengan kendaraan bermotor ke tempat pedagang ikan eceran. Dibanting-banting juga tidak akan mengganggu ikan hidup yang sudah dibuat setengah mati itu.
Tiba di tempat tujuan, ikan perlu dibangunkan, sebelum dapat dijajakan di pasar konsumen. Untuk itu perlu disediakan ember plastik berisi air segar yang dialiri udara dari aerator.
Pengaliran udara ini perlu, agar air senantiasa bergolak, dan menggoyang-goyang ikan tidur nyenyak supaya lekas siuman kembali. Baru sesudah tampak bugar, tidak loyo lagi, mereka dipindah ke ember lain berisi air biasa yang segar, untuk dipajang di gerai los pasar ikan.
Cara ini lebih simpel kelihatannya daripada cara pengangkutan dengan air dalam tangki truk pengangkut, seperti yang sejauh ini sudah biasa dilakukan. Tetapi yang menyebalkan ialah, membungkus ikan pingsan itu satu per satu dalam lembaran kertas, kemudian menyusun bungkusan ikan selapis demi selapis dalam kotak berisi sekam. Dalam taraf eksperimen yang hanya menyangkut beberapa ekor ikan saja, cara itu boleh jadi tidak bermasalah. Tetapi kalau sudah berskala komersial, dan menyangkut beberapa puluh ekor ikan, berapa lama yang diperlukan untuk membungkus ikan itu satu per satu dengan kertas? Perlu tenaga kerja terampil yang tidak sedikit untuk mengemas ikan secepat-secepatnya jangan sampai waktu angkut jadi berkurang karena habis terpakai untuk bungkus-bungkus.
Cara ini masih perlu percobaan dan pengembangan lebih lanjut, yang bertujuan mengefisienkan proses penanganan ikan hidup, sehingga kalau diterapkan besar-besaran dalam skala komersial, hasilnya masih oke.
Read More
1. Pengemasan Ikan Sistem Terbuka
Yaitu ikan hidup yang diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnya masih dapat berhubungan dengan udara bebas. Pengankutan system ini biasa digunakan untuk pengangkutan jarak dekat dan membutuhkan waktu yang tidak begitu lama. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari system ini. Kelebihannya antara lain difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung, dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan. Sementara kekurangannya dapat membahayakan ikan dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang. Sistem ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi.
2. Pengemasan Ikan Sistem Tertutup
Yaitu pengemasan ikan hidup yang dilakukan dengan tempat atau wadah tertutup, udara dari luar tidak dapat masuk kedalam media tersebut. Pengemasan dengan cara ini dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh. Seperti halnya dengan system terbuka, pengemasan system tertutup ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain media air tahan terhadap guncangan selama pengangkutan, dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh (dengan pesawat terbang), memudahkan penataan dalam pemanfaatan tempat selama pengangkutan. Sementara kekurangannya antara lain adalah media air tidak dapat bersentuhan dengan udara langsung (tidak ada difusi oksigen dari udara) sehingga tidak ada suplai oksigen tambahan, tidak dapat dilakukan pergantian air, dan memerlukan kecermatan dalam memperhitungkan kebutuhan oksigen dengan lama waktu perjalanan.
Pengangkutan Ikan Air Tawar
Baik ukuran benih maupun ukuran konsumsi atau dalam kondisi mati segar atau kondisi hidup dapat dilakukan dengan pengangkutan melalui darat, laut dan udara. Pengangkutan ikan yang berjarak jauh lebih aik bila menggunakan jalur udara. Walaupun pesawat lebih mahal dari sarana angkutan lainnya, tetapi waktu perjalanannya lebih singkat. Hanya saja, pengangkutan ikan dengan pesawat lebih rumit dibandingkan dengan sarana transportasi darat dan laut karena harus memenuhi beberapa persyaratan, misalnya kelengkapan dokumen pengurusan dokumennya.
Dalam pengangkutan ikan hidup, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain;
• Jenis ikan, ukuran ikan, dan kepadatan ikan yang akan mempengaruhi sarana pengangkutan.
• Sistem kemasan, kemasan dapat menggunakan system tertutup atau terbuka.
• Jarak tempuh, jarak yang jauh perlu mempertimbangkan sarana transportasi dan system kemasan.
Suhu harus dapat dipertahankan mendekati suhu normal karena peningkatan pada waktu pengangkutan dapat menyebabkan ikan stress. Untuk mempertahankan suhu, sebaiknya diberi pecahan es batu disekitar media kemasan dengan perkiraan 10% dari banyaknya air media angkutnya.
Mengangkut Ikan Hidup Dengan Sekam
Ikan yang diangkut (biasanya ikan air tawar) disuruh berpuasa, mensucikan diri dalam bak air mengalir. Jadi biar mengeluarkan isi perut dulu sebanyak-banyaknya, sehingga kalau diangkut nanti tidak akan minta permisi untuk pergi ke belakang lagi di tengah jalan. Kalau tidak ada air mengalir, ya pakai air berhenti juga boleh, asal dialiri udara dengan aerator seperti yang biasa dipakai untuk memelihara ikan hias di akuarium itu, agar mereka tidak megap-megap karena sesak napas.
Ikan dipingsankan
Proses pengosongan perut/puasa sudah dimulai sehari sebelum keberangkatan rombongan. Esok harinya, pagi-pagi benar ikan-ikan yang sudah “suci” bersih itu disuruh pingsan, dengan jalan dimasukkan ke dalam air es. Jadi tidak akan meronta-ronta, menggelepar lagi sewaktu ditangani untuk persiapan pengangkutan.
Sementara itu, disiapkan sekam padi yang sebelumnya juga sudah didinginkan dalam air es, dan ditiriskan air kelebihannya. Maksudnya agar suhunya bisa sama dinginnya dengan suhu ikan-ikan pingsan nanti. Jadi tidak akan menyerap dan menurunkan suhu dingin dari ikan-ikan yang sudah digarap.
Setelah bergelimpangan pingsan semua, ikan-ikan dibungkus satu per satu dengan kertas, agar insangnya tidak akan kemasukan sekam padi ketika mereka disusun dalam kotak yang berisi sekam.
Kotak pengangkut ini terbuat dari seng nirkarat atau aluminium yang dinding gandanya diberi bahan penyekat. Jadi suhu dalam ruangan kotak dapat tahan lama dingin terus, selama diangkut. Kotak jadi bertugas sebagai semacan termos atau lemari es mini untuk mempertahankan temperatur yang diangkut agar tetap dingin.
Bungkusan ikan disusun dalam kotak ini, yang dasarnya diberi selapis tebal sekam padi dingin lembap yang sudah selesai ditiriskan sebelumnya. Selesai disusun, deretan ikan dibekali hancuran es dalam kantung plastik kecil tapi banyak, agar suhunya tetap dingin. Semuanya kemudian ditimbuni selapis sekam padi dingin yang lembap lagi, sebelum ditumpuki deretan ikan bungkus bersama kantung es lagi. Begitu seterusnya, ikan disusun berselang-seling dengan lapisan tebal sekam padi.
Selesai pengisian, kotak ditutup rapat dan dapat diangkut dengan kendaraan bermotor ke tempat pedagang ikan eceran. Dibanting-banting juga tidak akan mengganggu ikan hidup yang sudah dibuat setengah mati itu.
Tiba di tempat tujuan, ikan perlu dibangunkan, sebelum dapat dijajakan di pasar konsumen. Untuk itu perlu disediakan ember plastik berisi air segar yang dialiri udara dari aerator.
Pengaliran udara ini perlu, agar air senantiasa bergolak, dan menggoyang-goyang ikan tidur nyenyak supaya lekas siuman kembali. Baru sesudah tampak bugar, tidak loyo lagi, mereka dipindah ke ember lain berisi air biasa yang segar, untuk dipajang di gerai los pasar ikan.
Cara ini lebih simpel kelihatannya daripada cara pengangkutan dengan air dalam tangki truk pengangkut, seperti yang sejauh ini sudah biasa dilakukan. Tetapi yang menyebalkan ialah, membungkus ikan pingsan itu satu per satu dalam lembaran kertas, kemudian menyusun bungkusan ikan selapis demi selapis dalam kotak berisi sekam. Dalam taraf eksperimen yang hanya menyangkut beberapa ekor ikan saja, cara itu boleh jadi tidak bermasalah. Tetapi kalau sudah berskala komersial, dan menyangkut beberapa puluh ekor ikan, berapa lama yang diperlukan untuk membungkus ikan itu satu per satu dengan kertas? Perlu tenaga kerja terampil yang tidak sedikit untuk mengemas ikan secepat-secepatnya jangan sampai waktu angkut jadi berkurang karena habis terpakai untuk bungkus-bungkus.
Cara ini masih perlu percobaan dan pengembangan lebih lanjut, yang bertujuan mengefisienkan proses penanganan ikan hidup, sehingga kalau diterapkan besar-besaran dalam skala komersial, hasilnya masih oke.